Rabu, 19 Desember 2007

Awalnya kami ber business yang sifatnya tidak perlu di monitor harian

Saya sendiri memang suka berdagang. Waktu SMA, saya mendorong mamah utk membuka warung keperluan rumah tangga di garasi rumah. Awalnya mamah mengutarakan niat ingin mendapat penghasilan tambahan utk belanja sehari hari.

Niat mamah saya dukung, mulailah saya mengantar mamah ke Pasar Senen utk memesan rak2 alumunium, dari sana saya antar mamah ke pasar utk belanja kebutuhan rumah tangga gula, sabun , dsb di grosir.
Alhamdulillah warung mamah lumayan ramai karena lokasi rumah kami yg dekat dengan sekolah SD dan SMP di komplek.

Jadilah saya rutin yg belanja kebutuhan di warung jika stok sudah menipis, soalnya hanya saya yg paling suka belanja ke pasar. Dua kakak perempuan saya lebih memilih beres2 rumah dibanding harus ke pasar.

Sejak SD saya suka disuruh mamah ke pasar utk beli sayuran dan ikan yang akan dimasak. Jarak rumah ke pasar ditempuh sekitar 30 menit menggunakan mikrolet. Saya berbekal catatan apa saja yg harus dibeli dengan ancer2 harganya utk menghindari dibohongi oleh pedagang karena anak kecil yg belanja.

Biasanya saya mengke2 keberatan bawa belanjaan tapi seneng aja orang saya suka sih. Apalagi puas kalau saya bisa nawar, lumayan kelebihannya bisa jadi tips buat saya dari mamah.

Saya memang agak berbeda dengan kakak2 saya, dalam hal pilihan sekolah pun saya lebih memilih sekolah yg cepat bisa kerja dan menghasilkan uang, dibanding harus kuliah di kedokteran yg lama seperti yg diambil oleh ke-2 kakak perempuan saya.

Terkadang mereka suka bercanda menyindir saya sudah enak kerja kok milih jadi pedagang baju, yah mereka belum tahu aja saya ini pengusaha gitu loh !

Di awal pernikahan kami thn 95, Ryad sudah mengutarakan ide wiraswasta. Intinya kita tetap harus punya penghasilan tambahan diluar penghasilan tetap kita sebagai karyawan.

Makanya ketika ada tawaran bunga murah utk karyawan dari Bank Exim (waktu itu), saya utarakan ke Ryad dan bergulirlah ide utk mengkredit angkot yg pada awal di komplek rumah kami baru sedikit angkot utk jurusan Kranggan - Kp. Rambutan.

Jadilah 2 buah angkot sebagai start usaha kami. Sayangnya usaha ini terhimbas krisis moneter. Harga spare part melambung tinggi dan banyaknya dibuka trayek2 baru utk wilayah tsb. Angkot inipun terpaksa kita jual.

Hobby dagang saya pun berlanjut disela status saya sebagai karyawan. Awalnya saya dikenalkan teman seorang yg mensupply produk anak branded dari Bandung. Sistemnya dia mendrop barang ke kantor dan mengambil uangnya sekalian tukar barang baru bisa 2 minggu atau sebulan. Jadi saya usaha tanpa keluar modal sama sekali.

Mulailah Ryad bantu saya mengiklankan via internet, mekanismenya kita cari orang yg bekerja di perkantoran seputar Jl. Jend. Sudirman, Kuningan dan Gatot Subroto yg mau menjual produk tsb.

Responnya lumayan. Repotnya di hari sabtu/ minggu kita hrs mendrop barang tsb kerumah mereka masing2 dan minggu berikutnya kita tarik uang dan tukar barang. Hasilnya lumayan sih tapi capek deh !!! Sejalan dengan kesibukkan saya di kantor, dimana saya sering mobile ke luar kota, usaha sampingan saya menjadi terbengkalai. Akhirnya saya serahkan business tersebut ke teman saya.

Kegagalan di angkot, Ryad melontarkan ide business di property. Targetnya rumah kost2an.
Berbekal sisa penjualan angkot + THR kita berdua jadilah uang muka sebuah rumah di cikarang. Diatas tanah +/- 100 m2 bangunan di sulap menjadi 20 buah kamar kost2an berukuran 2 X 2 dengan 6 kamar mandi dan 2 buah dapur.

Designernya Ryad dan mandor bangunan langganan keluarga kami. Awalnya saya takjub juga kok bisa tanah seimprit jadi kamar sebanyak itu, walhasil kalau dilihat bentuk rumahnya sendiri jadi enggak jelas he he he.. . Sekilas orang enggak bakalan nyangka kalau itu adalah rumah kost2an.

Modalnya lagi2 ngutang awalnya kita propsed ke Bank tapi kemudian Ibu Mertua tahu dan sempat tanya kenapa enggak bilang2 ke Ibu dulu kalau ada keperluan. Kita memang tidak ingin merepotkan Ibu.

Akhirnya kita jadi pinjam ke Ibu, Ibu support usaha awal kita ini (Makasih ya Bu !). Dari satu kost, bergulir menambah satu, dua, dan tiga rumah2 kontrakkan lainnya.

Saya ingin cerita sedikit tentang mandor keluarga ini namanya Khomeidi asli solo, orangnya santun dan bahasanya halus. Percaya deh kalau ada borongan Mas Meidi ini ngasih harga lebih murah dan hasil kerjanya rapi dan on time pula !

Saat ini mas Meidi sudah menjadi kepercayaan beberapa keluarga utk mempekerjakan renovasi rumah, toko ataupun kantor.

Saya sendiri bekerjasama dengan mas Meidi waktu merenovasi rumah saya. Dari mulai design, pemilihan material bangunan semuanya saya lakukan berdua sama dia dan ternyata selera saya sama dengan dia he he he.

Biasanya kami selalu percayakan ke beliau untuk memaintain perbaikan rumah2 kost dan kontrakkan kami. Suatu hari dia pernah bilang ke saya, kalau dia selalu mendoakan usaha kami supaya lancar dan maju terus ! Wahhh makasih ya Mas, jadi terharu !

Sekilas awal perjalanan business kami. Bagaimana perkembangan busniess kami selanjutnya silahkan dilanjut di My Business Journey with TDA.

Tidak ada komentar: