Minggu, 14 Juni 2009

Belajar dari Pasar !


Dari kecil sejak duduk di bangku SD saya suka sekali ke pasar. Saya ingat waktu ada lomba masak antar kelas saya fikir lomba dimulai dari belanja sayur mayur dahulu baru masak. Yang ada sampai di kelas group saya sendiri yg belum bawa bahan utk masak dari rumah. Sementara teman2 saya yg lain semuanya sudah siap teriris iris rapih tinggal di olah saja.

Dengan komplain dari temen2 segroup dimana saya sebagai ketuanya dianggap yg bertanggung jawab, saya langsung cabut ke pasar tradisional terdekat waktu itu temanya buat mie goreng.
Pulang dari pasar, temen2 yg lain sudah siap2 menata meja sementara saya belum apa2. Alhasil semua serba terburu buru dan hasilnya enggak ada yg mau makan masakan saya he he he.

Tapi kalau ingat sekarang saya yg paling jujur atau naif yah he he he , yg lain semua bumbu2 udah disiapin dari rumah oleh ibu masing, tinggal sreng..sreng jadi deh. Sementara saya sendiri enggak bilang ke mamah kalau mau ada lomba masak, cuman nyontek dari buku masakan, latihan sekali dirumah ditemenin si bibi.

Ada lagi cerita, waktu mau ultah mamah saya pengen kasih kado yg istimewa. Setelah buka tabungan saya naik becak ke pasar dan kaget luar biasa ada gelang emas keroncong kok murah amat. Saya beli waktu itu seribu rupiah utk kado mamah dan bangga bisa beliin mamah perhiasan. Saya baru tahu ternyata itu imitasi setelah mamah kasih tahu.

Waktu kuliah mamah buka toko di rumah, saya yg paling seneng kalau disuruh belanja ke pasar untuk isi toko jika stok sudah menipis. Beli chiki yg rentengan, roti, permen, gula pasir dll. Saya seneng banget lihat kesibukkan di toko grosir punya si enci bentuknya kayak gudang gelap, lantainya masih dari tanah tapi transaksi yg terjadi luar biasa.

Belajar dari pasar masih berlangsung sampai hari ini. Masih ingatkan cerita kami di penghujung tahun 2008 ? Tepatnya Desember, 2008 kami membuka outlet Offline kami yg ke-6 "Ruzika Moslem Outlet" di Pasar Ciracas - Jakarta Timur? http://poppygarmila2.blogspot.com/2008/12/marathon-pembukan-business-baru-di.html

Nur dan Nurul yang bertugas di Pasar Ciracas - Great Team !


Awalnya pembukaan outlet di Pasar Tradisional seiring dengan rasa penasaran kami, gimana sih market dan prospek jualan di Pasar Tradisional ? Bisa enggak yah kita bersaing dengan outlet yg menjual produk yg sama dalam satu lokasi yg berdekatan?

Sebelumnya outlet2 offline kita berlokasi di Pasar Modern i.e Mall dan pusat grosir, atau lebih spesificnya berlokasi di gedung2 tinggi dan ber AC. Juga rasa penasaran yg mendalam gimana sih jualan produk2 non branded yg kebanyakan para pedagang ambilnya di Psr Tanah Abang atau Pasar Tasik. Setelah enam bulan kami berdagang disana, kami mendapat jawaban dan pelajaran yg berharga.

Masalah pertama muncul ketika harus menentukan harga jual ? Karena masih awam soal harga jual untuk barang2 non branded kami agak bingung mau ambil margin berapa utk ecerannya supaya enggak kemahalan jualnya, mengingat ini barang kebanyakan yg bisa terjadi barang yg sama dijual di toko sebelah kita ?

Yg paling gampang tanya aja kan ke penjualnya kalau kita beli kodian harga X, klw eceran mereka jual berapa di tanah abang ? Ternyata jawabannya bikin shok juga. Harga kodian hanya beda tipis dengan harga eceran utk beli di tempat tsb yg notabene pusat grosir.

Ya udah deh, di catat dulu aja sampai rumah dipikirin lagi.
Hitung punya hitung oke Rp X kita ambil margin yg paling tipis, hitung2 promosi toko baru dengan asumsi paling2 ditawar kurang 1000 - 2000 dan mentok kurang di 3000 begitu pesan kita kepada penjaga toko.

Kita informasikan juga harga jual eceran kita hanya beda tipis dengan harga eceran kalau mereka beli ke tanah abang langsung, belum dihitung ongkos PP kesana. Kita anggap strategi informasi ini cukup baik dan akan memikat calon pembeli.

Semua item sudah kita labellin (banderolle) untuk memudahkan karyawan menawarkan dan mengingat berapa harga penawarannya.

Hari pertama dapat laporan "Bu, nawarnya pelit2 sekali, mereka tanya kok di pasar jualan pakai banderole ? Jilbab harga 40 ribu ditawar 15 ribu, sedangkan harga pas kita hanya kurang maximum di 3000 ? Gimana bu ?"

"Apa boleh banderolenya saya copotin aja, jadi nawarinnya tidak pakai harga banderole, supaya kalau ditawar bisa masuk ke harga lepas kita ?" Itu pertanyaan yg saya dapat dari karyawan saya.

Jawab saya, "dijelaskan saja kita tidak ambil untung banyak2 makanya harga kita tidak bisa turun banyak" .

Jilbab 40 ribu ditawar 15 ribu, beli kodian aja masih jauh di atas 15 ribu, pusing juga.

Hari ke hari mengalami hal yg sama. Saya coba staff saya utk cross checking ke toko2 sebelah. Dapat jawaban dari staff saya: "Bu, padahal di beberapa toko mereka nawarin awalnya aja udah xxx, jadi si calon pembeli nawar kurang XX masih masuk harga pas kita. Di kita banderolenya udah rendah jadi nawarnya lebih rendah lagi.

Konsumen juga komentar sih bu, "Disini buka penawaran lebih murah, tetapi namanya pembeli sudah tahu penawaran awal lebih murah teteup aja masih nawar jauh lebih murah lagi." Saran dari Uni sebelah juga saya terima, disini orang nawarnya enggak kira2 bu beda dengan di Mall.

Itu pelajaran pertama, pelajaran ke-2 awalnya kita hanya memasukkan beberapa jilbab branded yg harganya tidak begitu mahal, dengan asumsi pelajaran ke-1 tadi. Pembeli maunya yg murah2.

Seiring berjalannya waktu, banyak pembeli datang terutama mendapat informasi dari web bahwa kami buka di lokasi yg dekat dengan pemukiman mereka. Mulai menanyakan merek2 yang kami publikasikan via web.

Pelan2 saya isi brand2 yang mereka minta. Seiring waktu terjadi pergerseran minat konsumen. Dari hanya lihat2, coba beli satu dan informasikan ke teman2nya. Informasi dari mulut ke mulut semakin lama semakin berkembang, dan mulai banyak pertanyaan apakah kami menjual juga brand ini dan itu.

Satu hal yg saya rasa cukup berat berjualan produk non branded, kita harus cepat tanggap model apa yg saat ini lagi trend dan sebisa mungkin harus segera di display di toko kalau memungkinkan sebelum toko2 lain mendisplay.

Dan itu berarti kita harus siap paling tidak seminggu 1 x belanja ke psr tanah abang karena perputaran model2 disana sangat cepat sekali. Lalu bagaimana jika stok model2 terdahulu kita masih banyak? Hal ini yg akan menjadi masalah beban stok. Sedangkan untuk produk2 branded model2 yg sudah keluar awal tetap masih dicari oleh konsumen, apalagi jika konsumen tersebut baru mengenal brand tersebut.

Produk non branded dan branded tetap punya pangsa pasarnya masing2, tapi mungkin karena kami sudah lebih dahulu dikenal dengan produk2 branded, image menjual produk branded sudah lebih dahulu terbentuk.
Sukses !

Kita menyewakan 1 buah kios (pojok) di Pasar Ciracas bisa call ke : 0812. 9573739 atau via email ke saturyad@yahoo.com. Prospek bagus apalagi mejelang Hari Raya !! (Toko yg khusus menjual boneka dan mainan rasanya belum ada)

Tidak ada komentar: