Minggu, 04 April 2010

Menjaga Loyalitas Konsumen ? Perlukah ??


Lagi2 saya tergelitik untuk membahas comment di wallnya Pak Nano bunyinya sbb:

1.Berbisnis? Jangan pernah berharap Pelanggan Anda loyal. Jangan mengharapkan Loyalitas Pelanggan, jika mau bisnis Anda maju memenangi persaingan. Karena TIDAK ADA PELANGGAN LOYAL.

2.Jika keuntungan kompetitif bisnis Anda bergantung hanya pada perlengkapan Anda, maka pesaing Anda secara mudah dapat mengejar dengan melakukan investasi serupa.

3.Pada kebanyakan kasus, apa yg ingin mereka beli berbeda dg apa yg Anda ingin jual. Konsumen sangat jarang ingin membeli tepat seperti yg Anda ingin jual.

Ke-3 comment itu di postkan berbeda waktu tapi saya coba ambil benang merahnya.
Point ke-1 dari teory2 marketing yg pernah saya pelajari ceilee ... banyak strategy marketing dikembangkan, banyak riset dilakukan oleh perusahaan2 besar untuk mengupas bagaimana membangun loyalitas konsumen. Intinya hanya satu supaya si konsumen ini tetap loyal menggunakan produk mereka dan tidak pindah ke lain hati.

Di Ruzika kami juga berfikir gimana sih supaya si member tetap balik lagi,balik lagi dan belanja lagi ke kita ? Tetapi kok pada kenyataaannya para member ini mudah banget pindah ke lain hati. Contohnya begitu ada pesaing lain yg memberikan discount lebih besar sedikit aja langsung pindah. Kejadian ini nyata saya alami. Kasusnya setelah negosiasi discount dgn salah satu calon member disetujui discount X% dgn nilai order yg lumayan besar. Barang kita siapkan setelah terkumpul tinggal tahap akhir melakukan transfer pembayaran. Tunggu punya tunggu tidak ada kabar setelah kami hubungi

Jawabannya ? (intonasinya dibuat agak tinggi dikit seperti persenter fitri tropika he he he )
"Bu saya dapat discount di tempat pak I lebih besar X+1%, kalau ibu mau tambah discountnya jadi x+2% dan tanpa ongkir saya jadi ambil.

Kasus yg lain karena sudah lama menjadi member kami, ibu Susi sebut saja kita berikan kemudahan2an dan lebih flexible utk urusan order barang. Tujuannya jelas untuk menjaga loyalitas ibu tadi tetap belanja di Ruzika. Selang beberapa waktu sudah lama kita tidak lihat ibu Susi datang ke toko kita, cari tahu kenapa nih si ibu kok udah lama enggak, ternyata pindah belanja ke Ibu X yg sebetulnya lokasinya lebih jauh dari rumahnya tetapi pindah belanja kesana karena ada undian kesempatan mendapatkan HP.

Sebetulnya apa iya sih masih ada pelanggan yg loyal ? Klw bahasa gaulnya secara gini hari tawaran dari pesaing lebih menarik ? Saya kok masih PERCAYA, tetapi untuk beberapa kriteria. Misalkan untuk pembeli eceran, mereka biasanya lebih main perasaan ah saya mah lebih enak belanja kesini lebih ramah misalkan, daripada jauh2 kesana sama juga harganya mending kesini aja, dsb.

Saya termasuk salah satu konsumen yg loyal utk pergi ke Dokter gigi yg pasiennya sepi dan enggak jauh dari rumah. Ngapain cari dokter gigi yg rame antrinya aja berjam jam buat gigi saya yg lagi sakit tambah sakit he he he.

Nah sekarang tinggal di hitung hitung berapa % sih pendapatan toko anda ? Apakah 20% dari eceran + 80% grosir ? Atau sebaliknya ? Kalau 80% eceran saya rasa membangun dan menjaga loyalitas konsumen tetap harus diteruskan. Gimana kalau sebaliknya ? Mungkin lebih ke nilainya karena kalau sudah berbicara dengan wholesaler ini biasanya UUD (Ujung2nya Duit). Selain discount apa lagi nih yg bisa saya dapat ? Tetapi hati2 juga jangan sampai Anda terjebak dalam permainan perang antar Distributor/ Agen. Karena kalau Anda bisa lakukan A pesaing Anda bisa saja melakukan A+.

Point ke-2 Saya pernah dengar ini waktu saya masih kecil, saya sendiiri lupa siapa yg bicara "kalau buka toko kalau bisa yg lengkap supaya calon pembeli enak belanja ke toko kita apa2 aja ada. Jadi enggak ada kesempatan deh cari di toko lain". Ini yg saya alami juga, "bu tadi ada pembeli cari X karena kita enggak jual lari deh ke toko sebelah". Besoknya lain lagi yg dicari buka X tapi Y.

Akhirnya yg harusnya fokus di ABC yg merupakan main produk kita dengan budget XXX Rp jadi berkurang karena ada faktor belanja XY tadi.

Saya tidak menjual baju koko utk dewasa, tetapi setiap lebaran saya merasa kurang afdol jika tidak menjual koko. Prinsip saya ini juga saya baca dari buku pergunakanlah sistem musiman ini. Musim lebaran orang ramai jual baju koko kenapa kita enggak ? Hasilnya sudah 2 x lebaran stok baju koko masih banyak tersisa dan bisa dijual lagi sampai 2X lebaran berikutnya.

Kelihatannya tidak rugi kan barangnya tidak basi masih bisa dijual lagi ? Tetapi perputaran uangnya bagaimana ? Kalau yg 5 jt utk beli baju koko tadi kita belanjakan dgn brg yg fast moving dlm 2 minggu bisa terjual sudah berapa x perputaran uangnya ?

Point ke-2 menekankan kita utk lebih fokus dengan apa2 yg menjadi strength kita. Utk hal tersebut di Ruzika kami sudah mengeliminasi beberapa brand yg kita anggap bukan menjadi kekuatan kita.

Point ke-3 mungkin Anda pernah punya pengalaman yg sama dgn saya melayani calon pembeli pada saat besok mau lebaran belum dapat kerudung tapi sudah dapat bajunya dan sebentar lagi waktu toko tutup. Warna dasar baju hijau plus hiasan kembang bordiran dgn warna benang kuning hanya sedikit, karena di toko hanya tinggal jilbab warna kuning dibeli juga tanpa di tawar, padahal secara padu padan tidak nyambung.

Tetapi untuk pembeli yg datang enggak terburu buru lagi cari2 atau lihat2 dulu minta kerudung warna salem, Anda pasangkan dengan beberapa warna salem yg Anda punya, bahkan yg warnanya persis sama dengan bajunyapun ditolak. Jawabannya saya maunya salem yg gini loh bu yg seperti ini tapi yg lebih gelap dari ini, tapi yg gini.., pokoknya kasih gambarannya yg enggak ada di toko kita.

Dan ajaibnya dari cerita diatas yg dibeli adalah jilbab berwarna krem, karena menurutnya warna netral bisa di pakai dengan baju warna apa saja.

Wallnya Pak Nano memang luar biasa sangat bermanfaat dan sarat makna buat saya untuk menganalisa strategi business kami.
Wassalam

Tidak ada komentar: