Kamis, 15 Januari 2009

La Tahzan for Mothers


Dari manakah setiap ibu mendapatkan kekuatan agar bisa melewati berbagai kesulitan hidup? Atau peristiwa demi peristiwa yang menguji kesabaran? Atau kehilangan yang seakan merenggut setengah nyawa?

Melalui La Tahzan for Mothers, para ibu di tanah air berbagi kisah mereka, juga rahasia, dan semua persoalan, yang selama ini coba disembunyikan di balik senyuman.

Selalu ada alasan untuk setiap kejadian. Dan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya, sekalipun kita tidak selalu menyambut ujian dan cobaan yang Dia berikan dengan senyuman terbaik.

Dua hari ini hujan terus turun dari pagi sampai malam hari. Ada benak rasa syukur dalam diri, alhamdulillah ya Allah di suasana hujan seperti ini di tahun2 yg lalu mana bisa aku santai2 di depan teras rumah di hari kerja seperti ini.
Dimana para tetangga sudah sibuk pergi ke kantor atau mengantar anak dan istrinya utk beraktifitas.Aku masih asyik melihat turunnya hujan sambil membawa buku La Tahzan for Mothers yang baru setengah aku baca.

Inilah salah satu hadiah terindah dari Allah semenjak aku menjadi TDA. Masih di pelupuk mata hari2 yang lalu pastilah jam2 segini aku sudah menggerutu, stress di tengah kemacetan lalu lintas menuju kantorku.
Dengan harap2 cemas dan berdoa tidak ada banjir disepanjang jalan yang akan aku lewati sampai ke kantorku nanti, dan berharap kantorku juga tidak kebanjiran.

Bagaimanapun juga aku termasuk yang beruntung tinggal pergi ada mobil yg setia mengantarku. Bagaimana dengan ibu2 dan wanita pekerja yang lain ? Tentunya harus rela antri dan berebut mendapatkan angkutan untuk mengantarkan ke kantor masing2 di bawah guyuran air hujan.

Tapi itu bukan berarti aku tidak mengalamai hal tsb, tiga belas tahun yang lalu aku masih harus mengejar ngerjar bis di kawasan Sudirman walaupun kondisi perutku sedang hamil besar. Dan seperti biasaya tidak banyak yang peduli dan merelakan tempat duduknya dan itu berarti aku harus bersabar berdiri dari Jl. Jend. Sudirman sampai kampung rambutan.

Lima belas tahun kebelakang aku harus berkerja di kantor dari pagi sampai sore hari dan dilanjutkan kuliah di malam hari. Jam 9 - 10 malam aku masih ada di statiun bis pasar senin menunggu bis yang akan membawaku pulang ke rumah. What a Hard Life !

Berjuang dan berjuang... sampai hari inipun aku masih terus berjuang.

Masih teringat betapa aku menyesali diri dan merasa bersalah hingga hari ini tidak bisa memberikan Nadya ASI Exclusive. Selepas masa cutiku habis,hari2 Nadya tergantikan oleh susu formula sementara aku sibuk dengan urusan kantor yg tidak ada habis2nya.
Sampai rumah adalah masa2 yang aku nantikan untuk menjadi ibu seutuhnya, tapi Nadya sudah nyaman dalam dekapan Mbanya.

Waktu cepat sekali berlalu sekarang dia sudah remaja. Melihat foto2nya di masa balita.. akhhh andai aku dulu bisa lebih lama bersamanya.

Sebagian menyalahkanku, difikirnya akulah yang ngotot berambisi mengejar karir. Mereka tidak tahu situasi yang sebenarnya.

Hari ini di usia remajanya, aku bisa menemaninya. Buku ini menyadarkan aku dan kita tidak sendirian. Kita mempunyai duka dan jeritan hati yang sama.

Tidak ada komentar: